Ramadhan ditengah Wabah

Assalamualaikum…

Setelah sekian lama akhirnya memutuskan untuk menulis lagi itu bukan hal yang mudah, sudah cukup lama kehabisan ide dan kebanyakan main sosial media bikin otak lumayan tumpul. Mau nulis apa saja mesti mikir lama, terlalu terdistraksi dengan kecanggihan teknologi dan hype-nya drama korea..hehehe

Oke balik ke topik kali ini, btw selamat menjalankan ibadah puasa buat teman – teman yang menjalankannya. Semoga puasa kalian lancar dan amalan ibadahnya diterima Allah SWT yah, amiin..

Puasa Ramadhan kali ini sangat berbeda dari tahun – tahun sebelumnya, puasa kali ini terasa hening tak ada riuh tawa anak – anak berlarian di mesjid atau kedai – kedai yang menjajakan menu buka puasa andalan mereka. Singkat cerita sebuah wabah menyerang bumi ini, bukan hanya Indonesia tapi seluruh dunia, negara -negara maju seperti Amerika pun terkena dampaknya dan bahkan kini menjadi peringkat teratas dengan tingkat penyebaran virus yang tak terkira jumlahnya. Tercatat sebanyak 3,5 juta orang terinveksi virus ini diseluruh dunia, angka yang cukup fantastis untuk penyebaran sebuah virus.

Di Indonesia sendiri penyebaran virus CoVid-19 atau yang lebih akrab disapa Corona ini terbilang sangat cepat dari kasus pertama februari lalu hingga kini dibulan mei tercatat ada sekitar kurang lebih 11.000 pasien terkonfirmasi CoVid, angka yang luar biasa bukan? Pergerakan masyarakat dari satu daerah dan pintu gerbang lalu lintas dunia yang terlambat ditutup membuat akses virus tersebut semakin cepat menyebar. Tulisan ini tidak bermaksud menyudutkan pihak manapun kok, ini sebagai pengingat buat pribadi saja.

Peningkatan jumlah penderita yang signifikan inilah yang membuat pemerintah memutuskan untuk melakukan beberapa aturan salah satunya Pembatasan Sosial Berskala Besar ( PSBB ) atau Social Distancing. Mulai dari pembatasaan jumlah orang dalam kendaraan hingga membatasi atau menghimbau untuk sementara waktu melakukan peribadatan dirumah masing – masing. Hal ini tentu saja tidak mudah bagi sebagian orang karena persoalan perut bukan hal yang dapat dihindari begitu saja, tidak bekerja tidak makan itu berlaku bagi sebagian orang.

PSBB yang diterapkan juga berdampak bagi kaum muslim yang tengah menjalankan ibadah puasa, mereka terpaksa harus melaksanakan sholat tarwih dirumah masing – masing dan bukan berjamaah di mesjid. Hal ini sekali lagi demi memutus mata rantai penyebaran virus ini, tapi masih ada juga satu dua orang yang bebal dan tetap melaksanakan ibadah diluar rumah. Hal ini tentu saja mengakibatkan beberapa jamaah di mesjid tertular virus CoVid ini, sungguh sangat disayangkan ditengah upaya pemerintah menghalau virus kita masih saja egois dan dzalim terhadap diri sendiri.

Puasa ramadhan kali ini akhirnya saya terpaksa harus dirumah saja dan tidak mudik ke Makassar, sepertinya akan berlebaran disini. PSBB di Makassar mengakibatkan saya harus mengalah dan tidak egois juga dzalim kepada keluarga saya. Selama masa karantina saya lebih banyak menghabiskan waktu dirumah, melakukan apa saja demi membunuh waktu dan agar tidak merasa jenuh dan bosan. Jadwal berkantorpun dikurangi oleh pemerintah, tak boleh ada kerumunan dan sebagian tugas kantor dialihkan kerumah untuk sementara waktu.

Jangan tanya sampai kapan semua ini, tapi tanyakan pada diri sendiri sudahkah kita mengikuti segala anjuran pemerintah demi menekan jumlah sebaran virus ini? Sudahkah kita awas diri ketika pulang kerumah setelah beraktifitas seharian? Jika sudah mari berdoa semoga wabah ini segera berlalu dan kita bisa berkumpul kembali bersama keluarga seperti sedia kala. Amiin



Tinggalkan komentar

About Me

An Civil Cervant who loved coffee but can’t drink much. So in loved with BTS and k-drama! i try my best to share many stories of mine, hope u like it

Newsletter